Kemarin saya bersama orang tua membicarakan hal tersebut. Yap! Weton dan pasaran. Saya sebenarnya tidak terlalu ngeh dengan hal itu. tapi karena sudah terlanjur membicarakan hal itu ya saya mendengarkan sampai tuntas, meskipun dari dulu- dulu saya mendapat sedikit tahu. Misalnya saja, saya cuman tau mengenai weton. Karena weton saya ini, bapak sering mengumbar- umbarkan mengenai weton saya. Saya lahir tanggal 28 Juli 1990, dan menurut perhitungan Jawa, weton saya adalah Sabtu Pahing, sabtu pahing di perhitungan jawa merupakan paling tinggi dari yang lain, yaitu berjumlah 19. Kata nenek dan bapak saya, anak yang lahir di sabtu pahing merupakan anak yang keras, keras disini bisa keras kepala dan mau menangnya sendiri, haha. (hmm, iya sih!). Orang yang lahir sabtu pahing juga (katanya) banyak rezeki (Amin). Bapak selalu bilang kepada saya bahwa, semenjak saya lahir, karir bapak meningkat drastis. Tapi itu semua ya ga serta merta karena hal itu juga. Lebay nya bapakku kalik ya :D
Nah itu contoh kecilnya seperti itu. Dan entah kenapa, saya jadi ketularan ke- kepo- an tentang dunia weton dan lain sebagainya tersebut. Saya sering browsing mengenai aturan jawa itu. Ketika saya dekat dengan seseorang, yang pertama kali saya tanyakan adalah tanggal lahirnya, dari tanggal lahir tersebut bisa dilihat apa zodiaknya dan apa wetonnya, hehe, dan kemudian saya melihat bagaimana karakter dan sifat orang tersebut. Memang sedikit ampuh dan terbukti, hehe.
Inti dari percakapan dengan orang tua saya semalam adalah... Jika akan menikah, pasti yang dilihat adalah berapa jumlah pasaran masing- masing pasangan. Semakin besar jumlahnya, semakin dia dominan daripada pasangannya. Dan lagi, jika jumlah antar pasangan tersebut dijumlah, tidak boleh habis dibagi 3. Misal, jumlahnya 27. Jumlah tersebut akan habis dibagi 3,konon kata nenek moyang, tidak baik. Ya.. lagi- lagi itu merupakan suatu kepercayaan. Wallahualam, boleh percaya atau tidak. Nenek saya memiliki keyakinan yang lebih tentang ke-jawen. Ada salah satu kisah, dimana sebenarnya pasangan tersebut tidak cocok, dan kalaupun cocok ada salah satu dari mereka yang akan meninggal. Kemudian, kata orang Jawa, harus diberikan sesajen, agar hal tersebut tidak terjadi. Benar saja, beliau memelihara burung gagak, dan ketika akan melangsungkan pernikahan pasangan tersebut, tiba- tiba burung gagak itu mati begitu saja. Katanya sih di gantikan ke burung gagak tersebut. Inget! katanya loh... boleh percaya atau tidak.
Beberapa hari yang lalu saya melakukan survey kecil- kecilan di akun twitter milik saya. Saya bertanya, kenapa sih orang- orang sangat menjunjung aturan- aturan Jawa tersebut, misalnya weton itu yang selalu dihubungkan dengan tanggal pernikahan. Ada seorang teman saya, yang menjawab bahwa adanya weton dan pasaran itu terjadi karena orang- orang jawa belajar dari tanda- tanda alam, itu kenapa mereka punya hitung- hitungan, dan dari situ mereka sangat hati- hati dengan tanggal (@nessia22).
Namun, kadang- kadang aturan jawa ya tidak masuk akal juga. Tapi, saya yang keturunan orang Jawa mau gak mau kan ya (sedikit) harus mengikuti lah, selama itu masuk di akal dan tidak benar- benar menyimpang. Saya beruntung, karena keluarga saya tidak kolot- kolot amat mengenai aturan itu, fleksible lah intinya. Dan juga, keluarga pasangan saya begitu. Jadi kalau sedikit menyimpang ya tidak masalah. :) Oh ya, saya baru ingat! Satu lagi, aturan di jawa, mengatakan bahwa pernikahan dalam satu keluarga dalam satu tahun tidak boleh terjadi 2x. Ini juga, saya tidak tahu apa landasannya. Mungkin dari kalian tau alasan sebenarnya, kenapa tidak diperbolehkan seperti itu? hehe, mau tau banget soalnya *serius* :p
Fyi, semua itu juga tergantung dari masing- masing pasangan sendiri kok, dan yang penting bagaimana kualitas yang terbentuk. Kultur budaya sangat diperlukan sekali, dan tidak mungkin terlepas dalam kepribadian dan karakter pribadi, karena bagaimanapun kita terbentuk dari adanya budaya- budaya dan adat istiadat yang ada di lingkungan kita. Kita yang harus pintar- pintar mem- filter saja, apakah itu ada gunanya atau positif untuk hubungan kita dengan pasangan atau hubungan kita dengan orang lain di sekitar kita atau malah sebaliknya, kita menjadi orang yang sangat parno dengan kultur budaya tersebut. Itu menurut saya :D balance lah.. aturan budaya dan aturan agama masing- masing yang kita anut harus saling menyeimbangkan, bukan malah berat sebelah.
That's the problem with doing the right thing. Sometimes you do it on your own - Genie
yups yang nulias artikel cwek apa cwok...
BalasHapuskurang lebih udah seperempat abad umurku ini,,,, alhamdulillah rejeki selalu ada walaw gak gede... sering gagal dalam menjalin sebuah hubungan asmara ( sering pacaran)
dan tadinya q gk percaya ama yang namanya weton dan zodiak
tapi stelah apa yang aku alami kemren2 aku pengen belajar dari masa lalu dan nasibku... terus q mulai melihat weton dan zodiak ku... alhasil 80 % memang benar adanya sama persis (walau gak semuanya)
wow perhitungan ramalan nenek moyang kita cukup jitu... dan sekarang aku mau memperbaiki agar lebih baik dari sebelumnya...
balles ya yg bikin postingan ini .TQ
kak tanyain dong kalo weton ketemu 20 gmn,
BalasHapussaya 11 pasangan saya 9