Kadang- kadang
saya heran dan sedikit terpana tentang berbagai fenomena yang ada di sekitar
saya. Kadang- kadang saya mencoba untuk intropeksi tentang berbagai hal.
Intropeksi disini saya mencoba untuk self-
healing, jikalau saja saya dalam posisi tersebut bagaimana perasaan saya,
jikalau saya menjadi dirinya bagaimana tindakan yang saya ambil, atau berbagai
macam bentuk lainnya. Memang, memberikan advice
kepada seseoang yang tengah curhat dengan kita begitu simple dan gampang untuk
di ucapkan, namun tidak demikian terhadap yang terjadi pada orang yang
bersangkutan. Menimbang saran dari satu orang ke orang lain, menerka- nerka
mana suggest yang cocok di ambil atau
yang tidak. Belum lagi kalau lagi galau, galau disini kadang- kadang bisa
menjadikan ga mood untuk berbuat sesuatu. IYA, SAYA LAGI GALAU. Toh, saat ini
masyarakat merasa bahwa perkataan galau itu emang benar adanya, dan itu adalah
suatu yang umum. Tapi, apakah cocok kalau ketika kita merasa suasana kita lagi mellow juga dikatakan sebagai galau?
Galau diputus pacar mungkin, atau galau pacar menghilang tidak ada kabar,
ataupun galau menerima atau menolak gebetan? Atau galau kerjaan mana yang
dipilih? Terus, galau itu sendiri apa sih? Galau itu hal- hal yang biasanya
menunggu keputusan sesuatu terus akhirnya jadi mikir, nah efeknya itu namanya
galau atau apapun yang ga sreg sama hati kita (@dhindaindaa).
Galau sendiri
saat ini menjadi sebuat tren yang begitu ampuh. Kalau dikit- dikit nge- tweet
tentang asmara- asmara yang lagi mellow dikiranya galau, atau RT twit orang
yang lagi nge-tweet tentang putus- putus juga dikira galau. Susah kok, padahal
kan juga gak selamanya apa yang kita tulis itu benar adanya, bisa jadi kan ada
teman yang lagi curhat tiba-tiba kita punya ide tentang apa yang dialami oleh
teman kita itu (FYI, ini pembelaan dari aku, hahaa). Curhat dengan teman itu
sendiri bisa menjadikan tatanan perasaan kita menjadi rileks, ada feedback langsung dari omongan atau
curahan hati kita yang terdalam, dan yang pasti kita harus berhati- hati dan
memilah juga teman yang cocok digunakan sebagai teman curhat, tidak semua orang
dapat menyimpan rahasia, suka mendengarkan, dan pandai untuk memberikan saran
atau feedback untuk orang lain.
Balik lagi
dengan galau, saya sendiri pernah kok galau, malah ratunya galau kalau teman-
teman bilang. Tapi saya sadar, buat apa juga galau, galau itu temannya setan,
kalau lagi negative banget pasti ujung-ujungnya dan nyrempet yang ga bener
juga. Galau itu sendiri biasanya di akibatin gara- gara kita lagi dengerin lagu
yang juga (lagi-lagi) mellow, yang ngerasain klo ini “aku banget”, terus
akhirnya nangis- nangis Bombay terus ujung-ujungnya inget- ingetin si empunya.
Nah ini yang jelek, kalau ke bawa suasana galau terus, ujung- ujungnya susah
Move On juga (wah.. ini saya banget! :p), memang galau berbading lurus dengan
orang yang susah move on, hahaa, ya karena korelasi nya sangat nyambung banget
(lalalalaaa~).
Eh tapi, ada
juga kok, orang yang galau malah harus dengerin lagu- lagu yang nge- beat, karena menurutnya itu bisa
meringankan bebannya, beban yang menjadikan dirinya galau.. Semua itu gak ada
yang salah. Tiap orang berhak meng- interpretasi dan meng- intervensi galaunya
masing- masing. Terapi yang diberikan bagi tiap orang yang stress ataupun ada
masalah tidak harus sama dalam cara dan aktivitasnya, karena itu dibalikan dengan
tipe dan karakter masing- masing orang yang bersangkutan, toh tiap manusia itu
kan individual differences, tidak ada
yang sama. Jadi cara penanggulangannya pun juga dapat berbeda, dari kata- kata
IYA, SAYA LAGI GALAU.
Saya sih
biasanya kalau lagi galau mentok- mentok saya nulis. Karena self healing saya itu menulis. Entah menulis
di blog ini atau menulis di buku diary. Ternyata menulis itu juga bisa menjadi
bentuk pelampiasan yang efektif kok, soalnya gak berhadapan langsung dengan
yang bersangkutan. Tapi negativenya ya tidak dapat memperoleh solusi apapun
dari siapapun karena intinya adalah memendam, hahahaa. Ya lagi- lagi kan tiap
orang berbeda hehe.. Akhir- akhir ini saya punya tekhnik lain, ya sama- sama
nulis juga, cuman beda nya, saya nulis di binder orang yang saya sebelin, dengan
harapan biar orang itu tau apa yang terjadi (fyi, bindernya ada sama kalian ya,
dan diem- diem aja nulisnya ;p), tapi bukan berarti lantas ga marah- marah juga
sama orangnya ya (nah lo! hahahaa).
Yah, itu
semuanya sih kebanyakan para cewek yang melakukanyya. Kalau cowok, setau saya,
kalau mereka lagi galau itu DIEM. Menurut mereka, lebih baik diam daripada
mengomentari pasangannya ataupun lagi ada masalah, mereka jarang untuk curhat
dengan temannya. Ya, namanya cowok itu juga GALAU, ga masalah juga. Ada juga
cowok yang lagi galau itu pelampiasannya main game, main game sampai rasa mangkel, eneg nya ilang smua. Hahaha,
dan ini kadang- kadang yang bikin pasangannya marah- marah gara hobi galau
mereka. Tidak ada yang salah kok, yang penting galau mereka para kaum Adam ini
masih dalam tataran yang positif. Kalau yang sampe level galau yang akut yang negative,
ada yang nge- rokoknya parah banget sampe minum- minuman yang ga semestisnya
atau bahkan make obat, wah ini yang bahaya, kudu di lurusin, hmm.. Rada bingung
juga kalau bahas galaunya para cowok, harus tanya- Tanya temen cowok dulu buat
bahas lebih lanjut :D kan cowok lebih ngedepanin logika daripada cewek yang
perasaan, masing- masing dari kita unik kok buat melampiasin cara galau kita ;) dan galau itu sebagai salah satu dari indikator kalau kita harus lebih bersyukur tentang apa yang kita miliki saat ini.
-Salam galau :D