Jawaban dari doa yang setiap hari kita panjatkan, kadangkala bersifat
samar- samar dan kita seolah- olah menganggap bahwa itu adalah bukan jawaban
yang kita inginkan, karena kita denial
dengan tanda- tanda tersebut. Kita tidak ingin out of comfort zone¸ kenyamanan yang kita buat susah payah,
kenyamanan yang membuat kita mulai merasakan semua yang indah. Itulah manusia,
tidak ada orang yang ingin merasakan jatuh dan sakit, semua orang ingin tercipta
sebagai orang yang kuat dan hebat, karena tiap orang butuh eksistensi nya
dipertahankan. Namun, bagaimanapun juga jika kita terus menerus mempertahankan
dan mencoba “bertahan” dan memaksa keadaan tersebut yang ada hanya sakit yang
dirasakan. Kun FaYakun. Jadilah. Maka dari kehendak Allah lah semuanya
bisa terjadi.
Alam semesta itu sangat menajubkan. Begitu juga tanda- tanda dari alam
itu sendiri. Tidak perlu meragukan kedahsyatan tanda- tanda dari alam. Satu hal
yang kita perlu tau, kita hanya perlu
peka dan sedikit membuka mata dan hati kita agar kita dapat menerima pesan yang
alam sampaikan. Tanda- tanda tersebut sebenarnya sungguh sangat terpampang
jelas oleh orang yang berpikiran objektif, bukan oleh orang yang mendapati
suatu permasalahan, karena hal tersebut justru hanya pikiran subjekif saja yang
timbul, dikarenakan ada berbagai poin- poin lain yang (lagi- lagi) tidak bisa
di nalar logika, contohnya: perasaan dan kasih sayang. Oleh karena itu,
kadangkala kita ketika memiliki masalah akan meng- ekspresikan dalam berbagai
bentuk, curhat dengan orang yang kita percayai misalnya, itu merupakan salah
satu alasan, mengapa orang butuh untuk di dengarkan (yah, bisa dikatakan egois),
dan memang saat ini sangat sulit untuk menemukan orang yang mau mendengarkan,
kebanyakan orang – orang hanya ingin berbicara dan di dengarkan oleh orang
lain, karena memang kemampuan mendengarkan itu sendiri membutuhkan kesabaran
dan ketelaten.
Balik lagi kepada orang yang berpikiran objektif. Pikiran objektif disini
adalah orang- orang yang memang bersikap netral tanpa di bumbui oleh poin- poin
yang saya jelaskan di atas. Pikiran objektif ini biasanya di kategorikan
sebagai “perantara Tuhan”. Ada berbagai kemungkinan yang bisa diperoleh ketika
berdiskusi dengan orang yang berpikiran objektif. Mereka bisa lebih “tau” apa
yang tidak diketahui oleh orang yang sedang mengalami dilemma atau masalah. Tau
disini adalah apakah hal tersebut baik atau tidak untuk kebaikannya, karena
kebaikan yang dilihat oleh orang yang bersikap netral dan dengan orang yang
memiliki suatu permasalahan itu sangat berbeda. Misalnya saja, teman kita atau
keluarga kita. Itu contoh sederhananya.
Kita hidup di dunia ini, pasti memiliki berbagai pertimbangan dan
masalah. Tidak ada orang yang tidak memiliki masalah, namun balik lagi,
tergantung orang yang merasakan dan taraf masalah yang dihadapinya, kalau
istilahnya zaman sekarang adalah galau (ehhehe). Intinya adalah wang sinawang, kata orang Jawa. Tidak
selamanya orang yang kita lihat itu enak- enak saja, tapi dibalik itu semua ada
masalah tersendiri oleh orang tersebut. Terpenting dari semua itu adalah
bersyukur atas apa yang kita milki saat ini. Buka lah kedua tanganmu menghadap atas
dan berdoa lah kepada Yang di Atas, atas berbagai keluhan yang terjadi oleh diri
kita dan sekeliling kita, dan tunggulah keajaiban demi keajaiban. Tunggulah
sinyal atau tanda dari alam. Beberapa tanda yang kasat mata dan tidak akan
pernah dirasakan itulah sebenarnya jawaban atas doa yang kita panjatkan tiap
harinya. Apakah itu yang terbaik atau malah sebaliknya untuk kehidupan kita
saat ini atau kelak.
Setiap keputusan yang diambil haruslah di pertimbangkan secara terperinci
dan matang. Pertimbangan disini salah satunya diperoleh dari “tanda-tanda” yang
telah diperlihatkan kepada kita. Kita berhak menimbang- nimbang dan memikirkan
baik- buruknya jika kita mengambil keputusan tersebut, agar kita tidak salah
langkah. Suatu keputusan tidak serta merta dapat diterima oleh berbagai
kalangan. Kadang kala setiap keputusan yang kita ambil, ada pro dan kontra.
Namun, itulah hidup, itulah konflik dari makna hidup sebenarnya. Kita tidak
akan pernah tahu, sampai kita benar- benar di titik dimana kita merasakan bahwa
“tanda-tanda” yang diperlihatkan oleh alam, itu adalah nyata dan merupakan
jalan yang terbaik dari Allah SWT. Wallahualam.
Pada intinya, sekalipun kita sudah berusaha namun usaha tersebut belum diberikan jalan oleh Allah, maka Kun FaYakun.. Bila Allah berkehendak serta menghendakinya, dan Dia telah menetapkan sesuatu maka "Jadilah" .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar