Senin, 27 Mei 2013

IYA, SAYA LAGI GALAU


Kadang- kadang saya heran dan sedikit terpana tentang berbagai fenomena yang ada di sekitar saya. Kadang- kadang saya mencoba untuk intropeksi tentang berbagai hal. Intropeksi disini saya mencoba untuk self- healing, jikalau saja saya dalam posisi tersebut bagaimana perasaan saya, jikalau saya menjadi dirinya bagaimana tindakan yang saya ambil, atau berbagai macam bentuk lainnya. Memang, memberikan advice kepada seseoang yang tengah curhat dengan kita begitu simple dan gampang untuk di ucapkan, namun tidak demikian terhadap yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Menimbang saran dari satu orang ke orang lain, menerka- nerka mana suggest yang cocok di ambil atau yang tidak. Belum lagi kalau lagi galau, galau disini kadang- kadang bisa menjadikan ga mood untuk berbuat sesuatu. IYA, SAYA LAGI GALAU. Toh, saat ini masyarakat merasa bahwa perkataan galau itu emang benar adanya, dan itu adalah suatu yang umum. Tapi, apakah cocok kalau ketika kita merasa suasana kita lagi mellow juga dikatakan sebagai galau? Galau diputus pacar mungkin, atau galau pacar menghilang tidak ada kabar, ataupun galau menerima atau menolak gebetan? Atau galau kerjaan mana yang dipilih? Terus, galau itu sendiri apa sih? Galau itu hal- hal yang biasanya menunggu keputusan sesuatu terus akhirnya jadi mikir, nah efeknya itu namanya galau atau apapun yang ga sreg sama hati kita (@dhindaindaa).

Galau sendiri saat ini menjadi sebuat tren yang begitu ampuh. Kalau dikit- dikit nge- tweet tentang asmara- asmara yang lagi mellow dikiranya galau, atau RT twit orang yang lagi nge-tweet tentang putus- putus juga dikira galau. Susah kok, padahal kan juga gak selamanya apa yang kita tulis itu benar adanya, bisa jadi kan ada teman yang lagi curhat tiba-tiba kita punya ide tentang apa yang dialami oleh teman kita itu (FYI, ini pembelaan dari aku, hahaa). Curhat dengan teman itu sendiri bisa menjadikan tatanan perasaan kita menjadi rileks, ada feedback langsung dari omongan atau curahan hati kita yang terdalam, dan yang pasti kita harus berhati- hati dan memilah juga teman yang cocok digunakan sebagai teman curhat, tidak semua orang dapat menyimpan rahasia, suka mendengarkan, dan pandai untuk memberikan saran atau feedback untuk orang lain.

Balik lagi dengan galau, saya sendiri pernah kok galau, malah ratunya galau kalau teman- teman bilang. Tapi saya sadar, buat apa juga galau, galau itu temannya setan, kalau lagi negative banget pasti ujung-ujungnya dan nyrempet yang ga bener juga. Galau itu sendiri biasanya di akibatin gara- gara kita lagi dengerin lagu yang juga (lagi-lagi) mellow, yang ngerasain klo ini “aku banget”, terus akhirnya nangis- nangis Bombay terus ujung-ujungnya inget- ingetin si empunya. Nah ini yang jelek, kalau ke bawa suasana galau terus, ujung- ujungnya susah Move On juga (wah.. ini saya banget! :p), memang galau berbading lurus dengan orang yang susah move on, hahaa, ya karena korelasi nya sangat nyambung banget (lalalalaaa~).

Eh tapi, ada juga kok, orang yang galau malah harus dengerin lagu- lagu yang nge- beat, karena menurutnya itu bisa meringankan bebannya, beban yang menjadikan dirinya galau.. Semua itu gak ada yang salah. Tiap orang berhak meng- interpretasi dan meng- intervensi galaunya masing- masing. Terapi yang diberikan bagi tiap orang yang stress ataupun ada masalah tidak harus sama dalam cara dan aktivitasnya, karena itu dibalikan dengan tipe dan karakter masing- masing orang yang bersangkutan, toh tiap manusia itu kan individual differences, tidak ada yang sama. Jadi cara penanggulangannya pun juga dapat berbeda, dari kata- kata IYA, SAYA LAGI GALAU.

Saya sih biasanya kalau lagi galau mentok- mentok saya nulis. Karena self healing saya itu menulis. Entah menulis di blog ini atau menulis di buku diary. Ternyata menulis itu juga bisa menjadi bentuk pelampiasan yang efektif kok, soalnya gak berhadapan langsung dengan yang bersangkutan. Tapi negativenya ya tidak dapat memperoleh solusi apapun dari siapapun karena intinya adalah memendam, hahahaa. Ya lagi- lagi kan tiap orang berbeda hehe.. Akhir- akhir ini saya punya tekhnik lain, ya sama- sama nulis juga, cuman beda nya, saya nulis di binder orang yang saya sebelin, dengan harapan biar orang itu tau apa yang terjadi (fyi, bindernya ada sama kalian ya, dan diem- diem aja nulisnya ;p), tapi bukan berarti lantas ga marah- marah juga sama orangnya ya (nah lo! hahahaa).

Yah, itu semuanya sih kebanyakan para cewek yang melakukanyya. Kalau cowok, setau saya, kalau mereka lagi galau itu DIEM. Menurut mereka, lebih baik diam daripada mengomentari pasangannya ataupun lagi ada masalah, mereka jarang untuk curhat dengan temannya. Ya, namanya cowok itu juga GALAU, ga masalah juga. Ada juga cowok yang lagi galau itu pelampiasannya main game, main game sampai rasa mangkel, eneg nya ilang smua. Hahaha, dan ini kadang- kadang yang bikin pasangannya marah- marah gara hobi galau mereka. Tidak ada yang salah kok, yang penting galau mereka para kaum Adam ini masih dalam tataran yang positif. Kalau yang sampe level galau yang akut yang negative, ada yang nge- rokoknya parah banget sampe minum- minuman yang ga semestisnya atau bahkan make obat, wah ini yang bahaya, kudu di lurusin, hmm.. Rada bingung juga kalau bahas galaunya para cowok, harus tanya- Tanya temen cowok dulu buat bahas lebih lanjut :D kan cowok lebih ngedepanin logika daripada cewek yang perasaan, masing- masing dari kita unik kok  buat melampiasin cara galau kita ;) dan galau itu sebagai salah satu dari indikator kalau kita harus lebih bersyukur tentang apa yang kita miliki saat ini.
 
-Salam galau :D

Jumat, 17 Mei 2013

Tanda- tanda alam


Jawaban dari doa yang setiap hari kita panjatkan, kadangkala bersifat samar- samar dan kita seolah- olah menganggap bahwa itu adalah bukan jawaban yang kita inginkan, karena kita denial dengan tanda- tanda tersebut. Kita tidak ingin out of comfort zone¸ kenyamanan yang kita buat susah payah, kenyamanan yang membuat kita mulai merasakan semua yang indah. Itulah manusia, tidak ada orang yang ingin merasakan jatuh dan sakit, semua orang ingin tercipta sebagai orang yang kuat dan hebat, karena tiap orang butuh eksistensi nya dipertahankan. Namun, bagaimanapun juga jika kita terus menerus mempertahankan dan mencoba “bertahan” dan memaksa keadaan tersebut yang ada hanya sakit yang dirasakan. Kun FaYakun.  Jadilah. Maka dari kehendak Allah lah semuanya bisa terjadi.

Alam semesta itu sangat menajubkan. Begitu juga tanda- tanda dari alam itu sendiri. Tidak perlu meragukan kedahsyatan tanda- tanda dari alam. Satu hal yang kita perlu tau,  kita hanya perlu peka dan sedikit membuka mata dan hati kita agar kita dapat menerima pesan yang alam sampaikan. Tanda- tanda tersebut sebenarnya sungguh sangat terpampang jelas oleh orang yang berpikiran objektif, bukan oleh orang yang mendapati suatu permasalahan, karena hal tersebut justru hanya pikiran subjekif saja yang timbul, dikarenakan ada berbagai poin- poin lain yang (lagi- lagi) tidak bisa di nalar logika, contohnya: perasaan dan kasih sayang. Oleh karena itu, kadangkala kita ketika memiliki masalah akan meng- ekspresikan dalam berbagai bentuk, curhat dengan orang yang kita percayai misalnya, itu merupakan salah satu alasan, mengapa orang butuh untuk di dengarkan (yah, bisa dikatakan egois), dan memang saat ini sangat sulit untuk menemukan orang yang mau mendengarkan, kebanyakan orang – orang hanya ingin berbicara dan di dengarkan oleh orang lain, karena memang kemampuan mendengarkan itu sendiri membutuhkan kesabaran dan ketelaten.

Balik lagi kepada orang yang berpikiran objektif. Pikiran objektif disini adalah orang- orang yang memang bersikap netral tanpa di bumbui oleh poin- poin yang saya jelaskan di atas. Pikiran objektif ini biasanya di kategorikan sebagai “perantara Tuhan”. Ada berbagai kemungkinan yang bisa diperoleh ketika berdiskusi dengan orang yang berpikiran objektif. Mereka bisa lebih “tau” apa yang tidak diketahui oleh orang yang sedang mengalami dilemma atau masalah. Tau disini adalah apakah hal tersebut baik atau tidak untuk kebaikannya, karena kebaikan yang dilihat oleh orang yang bersikap netral dan dengan orang yang memiliki suatu permasalahan itu sangat berbeda. Misalnya saja, teman kita atau keluarga kita. Itu contoh sederhananya.

Kita hidup di dunia ini, pasti memiliki berbagai pertimbangan dan masalah. Tidak ada orang yang tidak memiliki masalah, namun balik lagi, tergantung orang yang merasakan dan taraf masalah yang dihadapinya, kalau istilahnya zaman sekarang adalah galau (ehhehe). Intinya adalah wang sinawang, kata orang Jawa. Tidak selamanya orang yang kita lihat itu enak- enak saja, tapi dibalik itu semua ada masalah tersendiri oleh orang tersebut. Terpenting dari semua itu adalah bersyukur atas apa yang kita milki saat ini. Buka lah kedua tanganmu menghadap atas dan berdoa lah kepada Yang di Atas, atas berbagai keluhan yang terjadi oleh diri kita dan sekeliling kita, dan tunggulah keajaiban demi keajaiban. Tunggulah sinyal atau tanda dari alam. Beberapa tanda yang kasat mata dan tidak akan pernah dirasakan itulah sebenarnya jawaban atas doa yang kita panjatkan tiap harinya. Apakah itu yang terbaik atau malah sebaliknya untuk kehidupan kita saat ini atau kelak.

Setiap keputusan yang diambil haruslah di pertimbangkan secara terperinci dan matang. Pertimbangan disini salah satunya diperoleh dari “tanda-tanda” yang telah diperlihatkan kepada kita. Kita berhak menimbang- nimbang dan memikirkan baik- buruknya jika kita mengambil keputusan tersebut, agar kita tidak salah langkah. Suatu keputusan tidak serta merta dapat diterima oleh berbagai kalangan. Kadang kala setiap keputusan yang kita ambil, ada pro dan kontra. Namun, itulah hidup, itulah konflik dari makna hidup sebenarnya. Kita tidak akan pernah tahu, sampai kita benar- benar di titik dimana kita merasakan bahwa “tanda-tanda” yang diperlihatkan oleh alam, itu adalah nyata dan merupakan jalan yang terbaik dari Allah SWT. Wallahualam.
Pada intinya, sekalipun kita sudah berusaha namun usaha tersebut belum diberikan jalan oleh Allah, maka Kun FaYakun.. Bila Allah berkehendak serta menghendakinya, dan Dia telah menetapkan sesuatu maka "Jadilah" .

 

 

Selasa, 23 April 2013

Aku berhenti di kamu

 
 
Bukannya aku lelah untuk mencari.
Aku hanya lelah untuk memulai hubungan kembali dengan orang yang baru.
Aku mengagungkan komitmen.
Aku mencari pilihan yang terbaik untuk diriku.
Aku mencari apa yang banggakan
Aku mencari sosok yang bisa membimbing diriku
Aku mencari sosok yang ada, dalam susah maupun duka
Aku mencari imam-ku
Aku mencari salah satu tulang rusukku yang hilang
dan....
 
Aku berhenti di kamu....
 
 
 
Aku tidak menginginkan apa- apa
Yang aku butuhkan hanya sandaran, komitmen, dan kasih sayang
Saat canda, itulah moment dimana kita ada
Saat amarah kita timbul, itulah moment untuk mengukur ego masing- masing
Semua itu butuh proses
dan karena itu semua....
 
Aku berhenti di kamu...
 
 
 
Kita ada karena saling melengkapi
Kita ada karena aku dan kamu saling memahami
Kita ada karena kamu membimbingku
Kita ada karena kita yakin satu sama lain
Kita ada karena saling percaya
dan, karena ke- KITA an tersebut....
 
Aku berhenti di kamu...
 
 
 

Senin, 25 Maret 2013

Sebentuk tulisan kecil untuk mimpi

Setiap orang pasti memiliki mimpi. Mimpi yang nyata dan memang benar adanya atau mimpi yang susah untuk digapai, hanya sebatas angan- angan saja. Tiap orang bebas untuk mengungkapkan apa yang ada di benak mereka, apa yang di angan- angankan mereka, tidak ada yang melarang, itulah hak mereka. Begitupun saya. Saya punya beberapa mimpi. Mimpi masa kecil saya, misalnya, adalah suatu saat saya ingin menjadi dokter, dokter apapun itu. Tidak ada yang salah dengan pemikiran Ika kecil pada saat itu, yang salah adalah mimpi tersebut, untuk sekarang hanya sebatas angan- angan saja, tidak untuk digapai kembali, karena memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa misalnya. Saya percaya, Allah memberikan porsinya masing- masing untuk tiap umatnya, tidak berbatas disitu saja. itulah yang dinamakan dengan takdir. Semesta keren.

Mimpi saya untuk satu itu memang sudah hilang. Saya menyesal? Sekarang saya tidak pernah menyesal untuk semua kejadian yang saya alami dalam siklus kehidupan saya. Setiap tahapan demi tahapan pasti akan menjadi sebuah cerita untuk suatu hari kelak, entahlah.. untuk siapa akan saya ceritakan. Tapi roda kehidupan itu yang membuat tiap orang tahu apa artinya kesenangan, kesedihan, penyesalan, dan kegembiraan. Apalah arti roda kehidupan tanpa adanya mimpi- mimpi kecil yang kita buat. Mimpi itu yang kelak bisa menguatkan kita. Mimpi merupakan salah satu bentuk positive regards yang kita miliki. Tidak perlu mengubur tentang mimpi- mimpi yang sudah kita rencankan. Namun, jangan pula terlau ber- ekspetasi yang terlalu tinggi dengan mimpi yang kita buat. 2 usaha untuk meraih mimpi itu hanya ada dua, yaitu berdoa dan berusaha. Kesan dari sebuah mimpi itu hanya ada di buaian. Bunga tidur. Makna yang terkandung sangat implisit, yang sebenarnya memiliki arti yang luas, tergantung pemaknaan kita sendiri. Dreams made of viewpoints, images and future.

Saat ini, saya memiliki mimpi. Namun, tak perlu saya ceritakan mimpi- mimpi apa yang sudah ada di kepala saya untuk saat ini, lebih tepatnya untuk jangka pendek maupun jangka panjang saya kelak. yang terpenting untuk saat ini adalah bagaimana saya dan kalian bisa survive menggapai mimpi kalian masing- masing. Saya yakin, mimpi itu tidak lah semudah kita membalikan tangan, ataupun mengedipkan mata. Mimpi memerlukan pengorbanan, waktu dan tenaga. Mimpi memerlukan ketegaran dan kekuatan. Mimpi memerlukan cinta. I believe in fairies, it all exists, even if it's in your mind. Go forward and make your dreams come true, and always remember! This things was start with dream, pray, and hope.

                                                                       **

Rabu, 13 Maret 2013

Weton dan Aturan Jawa

Pernah mendengar dari para kakek- nenek, bapak- ibu kita mengenai weton, wuku, dan lain sebagainya? Kalau kalian dari suku Jawa, tidak asing mendengar istilah seperti itu. Apa dan bagaimana pasaran, weton seseorang menunjukan karakter dan masa depan orang tersebut. Itu sih masalah kepercayaan seseorang, lebih tepatnya kepercayan para leluhur kita, karena kepercayaan itu diturunkan turun temurun. Wallahualam. Bagaimanupun kita tidak serta merta menelan mentah- mentah kepercayaan tersebut, karena bisa dikategorikan sebagai musyrik, dalam ajaran agama saya. Saya mengambil jalan tengahnya saja, kalaupun itu baik dan bersifat positif, ya saya mengikuti apa saja, daripada dikatakan kualat, hehe.

Kemarin saya bersama orang tua membicarakan hal tersebut. Yap! Weton dan pasaran. Saya sebenarnya tidak terlalu ngeh dengan hal itu. tapi karena sudah terlanjur membicarakan hal itu ya saya mendengarkan sampai tuntas, meskipun dari dulu- dulu saya mendapat sedikit tahu. Misalnya saja, saya cuman tau mengenai weton. Karena weton saya ini, bapak sering mengumbar- umbarkan mengenai weton saya. Saya lahir tanggal 28 Juli 1990, dan menurut perhitungan Jawa, weton saya adalah Sabtu Pahing, sabtu pahing di perhitungan jawa merupakan paling tinggi dari yang lain, yaitu berjumlah 19.  Kata nenek dan bapak saya, anak yang lahir di sabtu pahing merupakan anak yang keras, keras disini bisa keras kepala dan mau menangnya sendiri, haha. (hmm, iya sih!). Orang yang lahir sabtu pahing juga (katanya) banyak rezeki (Amin). Bapak selalu bilang kepada saya bahwa, semenjak saya lahir, karir bapak meningkat drastis. Tapi itu semua ya ga serta merta karena hal itu juga. Lebay nya bapakku kalik ya :D

Nah itu contoh kecilnya seperti itu. Dan entah kenapa, saya jadi ketularan ke- kepo- an tentang dunia weton dan lain sebagainya tersebut. Saya sering browsing mengenai aturan jawa itu. Ketika saya dekat dengan seseorang, yang pertama kali saya tanyakan adalah tanggal lahirnya, dari tanggal lahir tersebut bisa dilihat apa zodiaknya dan apa wetonnya, hehe, dan kemudian saya melihat bagaimana karakter dan sifat orang tersebut. Memang sedikit ampuh dan terbukti, hehe.

Inti dari percakapan dengan orang tua saya semalam adalah... Jika akan menikah, pasti yang dilihat adalah berapa jumlah pasaran masing- masing pasangan. Semakin besar jumlahnya, semakin dia dominan daripada pasangannya. Dan lagi, jika jumlah antar pasangan tersebut dijumlah, tidak boleh habis dibagi 3. Misal, jumlahnya 27. Jumlah tersebut akan habis dibagi 3,konon kata nenek moyang, tidak baik. Ya.. lagi- lagi itu merupakan suatu kepercayaan. Wallahualam, boleh percaya atau tidak. Nenek saya memiliki keyakinan yang lebih tentang ke-jawen. Ada salah satu kisah, dimana sebenarnya pasangan tersebut tidak cocok, dan kalaupun cocok ada salah satu dari mereka yang akan meninggal. Kemudian, kata orang Jawa, harus diberikan sesajen, agar hal tersebut tidak terjadi. Benar saja, beliau memelihara burung gagak, dan ketika akan melangsungkan pernikahan pasangan tersebut, tiba- tiba burung gagak itu mati begitu saja. Katanya sih di gantikan ke burung gagak tersebut. Inget! katanya loh... boleh percaya atau tidak.

Beberapa hari yang lalu saya melakukan survey kecil- kecilan di akun twitter milik saya. Saya bertanya, kenapa sih orang- orang sangat menjunjung aturan- aturan Jawa tersebut, misalnya weton itu yang selalu dihubungkan dengan tanggal pernikahan. Ada seorang teman saya, yang menjawab bahwa adanya weton dan pasaran itu terjadi karena orang- orang jawa belajar dari tanda- tanda alam, itu kenapa mereka punya hitung- hitungan, dan dari situ mereka sangat hati- hati dengan tanggal (@nessia22).

Namun, kadang- kadang aturan jawa ya tidak masuk akal juga. Tapi, saya yang keturunan orang Jawa mau gak mau kan ya (sedikit) harus mengikuti lah, selama itu masuk di akal dan tidak benar- benar menyimpang. Saya beruntung, karena keluarga saya tidak kolot- kolot amat mengenai aturan itu, fleksible lah intinya. Dan juga, keluarga pasangan saya begitu. Jadi kalau sedikit menyimpang ya tidak masalah. :) Oh ya, saya baru ingat! Satu lagi, aturan di jawa, mengatakan bahwa pernikahan dalam satu keluarga dalam satu tahun tidak boleh terjadi 2x. Ini juga, saya tidak tahu apa landasannya. Mungkin dari kalian tau alasan sebenarnya, kenapa tidak diperbolehkan seperti itu? hehe, mau tau banget soalnya *serius* :p

Fyi, semua itu juga tergantung dari masing- masing pasangan sendiri kok, dan yang penting bagaimana kualitas yang terbentuk. Kultur budaya sangat diperlukan sekali, dan tidak mungkin terlepas dalam kepribadian dan karakter pribadi, karena bagaimanapun kita terbentuk dari adanya budaya- budaya dan adat istiadat yang ada di lingkungan kita. Kita yang harus pintar- pintar mem- filter saja, apakah itu ada gunanya atau positif untuk hubungan kita dengan pasangan atau hubungan kita dengan orang lain di sekitar kita atau malah sebaliknya, kita menjadi orang yang sangat parno dengan kultur budaya tersebut. Itu menurut saya :D balance lah.. aturan budaya dan aturan agama masing- masing yang kita anut harus saling menyeimbangkan, bukan malah berat sebelah.

That's the problem with doing the right thing. Sometimes you do it on your own - Genie

Perjodohan

Masih inget jamannya Siti Nurbaya tentang perjodohan itu? Dimana dijodohkan oleh orang tua nya agar menikah dengan pilihan orang tua, yang mana dirinya tidak menyukai lelaki yang dijodhkan dengan pilihan orang tua.
Saya yakin, sampai sekarang dan zaman saat ini pun, ajang perjodohan antar orang tua dengan orang tua masih ada. Saya pernah mendengar selentingan dari orang tua muda yang ingin menjodohkan anaknya kelak jika sudah dewasa dengan anak teman karibnya. Sepertinya sepele dan lucu, karena bagaimanapun juga, anak dari masing- masing orang tua masih kecil, belum tau apa itu artinya kehidupan, hanya selentingan atau basa- basi ibu- ibu muda yang gemas melihat anak kecil lawan jenis yang lucu :3 , ehehe..

Kembali lagi ke perjodohan. Saya pribadi sih, orangnya fine- fine saja ketika dijodohkan dengan si A atau si B misalnya. Toh, yang namanya jodoh itu misteri, ga bakal ada yang bisa memperhitungkannya, jodohku atau jodohnya Anda itu siapa. yang penting be positive saja sih. Dan sebenarnya, tidak ada yang salah dengan perjodohan, toh bagaimanapun yang menentukan itu ya masing- masing orang itu sendiri, ketika orang tua nya benar- benar mendukung tapi tidak dengan anak yang menjalani, ya percuma saja, begitupun sebaliknya.

Sebenarnya, perjodohan itu indikasi yang melapangkan semua pihak. Kata orang Jawa, bibit, bebet, dan bobot nya pasti sudah jelas. Tidak ada dan tidak perlu was- was akan hal- hal yang menurut orang Jawa itu sangat di agung- agungkan. Pihak dari orang tua misalnya, orang tua pasti juga sudah tau bagaimana tindak tanduk, perilaku orang tua calonnya, ada pepatah, perilaku orang tua akan menurun ke perilaku anaknya. Nah, untuk satu itu, pasti orang tua tidak perlu khawatir lagi, karena sudah mengenal baik orang tua sang calon. Kedua, dari pihak anak. Pihak anak pun sudah melalu berbagai seleksi dari masing- masing pasangan. Dan, anak pun istilahnya agak bisa bernafas lega, karena masing- masing orang tua sudah memberikan "lampu ijo" bagi hubungan mereka. Yang lebih mengesankan lagi, masing- masing orang tua akan saling menjaga antara satu dengan yang lain, istilahnya akan dipantau aktivitas pacaran mereka, tidak seperti pacaran- pacaran lainnya. itulah sisi positif dalam hubungan tersebut.

Saya sering sekali di jodoh- jodohkan, ya namanya anak yang penurut dengan orang tua. Sedikit cerita, beberapa waktu yang lalu, saya dijodohkan dengan ya... masih keluarga tapi keluarga jauh. eitss, bukan dijodohkan, tapi dikenalkan. Maunya dikenalkan dengan sang kakak, yang tinggal di luar negeri. Saya sih oke- oke saja, kita kenalan, tukeran PIN BB, dan seterusnya. Tapi.. ya memang dasarnya, dia tidak suka mungkin, akhirnya ya kita tidak pernah ber komunikasi lagi.. eh, ujung- ujungnya adiknya yang sering berkomunikasi. Ya itu contoh kecilnya, jika orang tua sudah setuju, tapi anaknya enggak, ya ga bakal ada istilahnya perkenalan atau perjodohan itu terjadi.

Kakak saya beberapa waktu lalu, menasihati saya. Restu orang tua itu merupakan restu Allah juga. Saya sampai sekarang ber- keyakinan akan hal tersebut, karena memang itu adanya. Apalagi restu ibu. Saya sampai sekarang, selalu curhat dengan ibu saya, masalah percintaan saya, karena saya dasarnya tidak mau kejadian yang tidak menyenagkan terjadi lagi, atau sampai tidak di setujui dengan orang tua, padahal sudah lama berpacaran misalnya. Dan satu lagi, saya yakin, kalau calon kita itu mencintai keluarganya, menuruti semua perintah orang tua nya, InsyaAllah dia akan mencintai keluarga kecilnya kelak. Miniaturnya seperti itu.



You don't choose your family.  They are God's gift to you, as you are to them. 

Selasa, 08 Januari 2013

Makna Lagu Raisa- Terjebak Nostalgia

Akhir- akhir ini lagu Terjebak Nostalgia- Raisa lagi hapening banget, dan lagi in.

Kenapa sih? ada apa sih?

Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu
Namun aku takkan pernah bisa, ku
*
Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia
Semua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini
Namun aku takkan pernah bisa, ku
Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia
Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia


Yah...
Bait demi baitnya dalem banget gitu ya. Gak sadar kalau lagu ini ada dua orang yang tersakiti (lebih tepatnya patah hati).

Lagu ini kisahnya lagu gagal move on untuk suatu hubungan yang telah berakhir. Tapi entah apa alasannnya kenapa sehingga harus berakhir. Tapi si cewek ini gimana- gimana masih sayang sama si mantannya itu dan berniat balikan dan masih berharap untuk melanjutkan hubungannya dengan yang lalu, dia masih terbayang- bayang oleh kehadiran sang mantan.

Dan sampai dengan saat ini dia belum bisa membuka hatinya dengan orang lain, siapapun itu, mungkin karena sangking sayang dan cintanya dengan si mantan ya..

satu orang sudah patah hati.......

Satu orang lagi yang patah hati adalah orang yang menyukai si cewek itu..

Dia udah lama menyukai cewek itu, tapi ya si cewek ga ngrespon. Sampai dia uda putus pun, si cewek masih belum ngrespon, karena itu tadi masih terbayang-bayang nostalgia dengan si hubungannya terdahulu.

Dan kesimpulannya, si cewek ingin sendiri dulu saja, karena dia tidak ingin menyakiti siapapun juga.


patience is a virtue but its still painful if you will wait for nothing..